Kamis, 18 November 2010

Orang Benar Akan Hidup Oleh Iman

Pendahuluan
Kita akan merenungkan tentang iman dalam kehidupan Kristen. Tetapi sebelumnya kita perlu diingatkan tentang dua ekstrem yang harus dihindari dalam kehidupan beriman, yaitu:
1.      Iman yang penuh semangat, tetapi tanpa pengertian yang benar (iman yang salah). Saat ini Amrozi menjadi perhatian orang banyak. Saat dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan, ia mengacungkan jempol dan tersenyum dengan berani. Orang bertanya apakah itu hanya pura-pura dan ia tidak takut mati? Menurut saya, mungkin saja. Karena ia menganggap ia berkorban demi membela keyakinannya dan menganggap diri sebagai martir. Orang bisa memiliki iman yang salah dan dengan semangat melakukan pembunuhan yang keji, lalu merasa melayani Allah. Inilah yang dilakukan para pemimpin agama yang menyalibkan Yesus Kristus. Hanya ketika disadarkan akan kebenaran yang sebenarnya mereka baru akan terpukul. Tuhan Yesus sudah memperingati tentang orang-orang yang dengan semangat menganggap diri mereka melayani Allah dengan kuasa besar, tanpa sadar bahwa mereka sedang melawan Allah (Mat. 7:22-23). Semua pelayanan yang kita lakukan menjadi bernilai bila didasari akan obyek iman yang sejati.
2.      Iman yang mati/mandul, yaitu iman yang tanpa perbuatan. Jika tidak waspada kita dapat terjebak dalam sikap hidup atheis praktis, kita mengakui percaya kepada Allah, tetapi dalam kehidupan nyata kita, Allah tidak pernah dihadirkan sebagai Tuhan yang berdaulat atas hidup kita.
Dalam perenungan ini, kita akan membatasi pembahasan pada kehidupan iman orang Kristen yang telah percaya dan mengenal Allah dalam diri Yesus Kristus. Kita akan merenungkan implikasi dari iman seseorang terhadap kehidupannya. Kita akan merenungkan apa artinya ketika seorang Kristen mengaku bahwa ia beriman kepada Allah. Beriman kepada Allah berarti:
I. Mengakui Allah sebagai Realitas yang paling riil
Bagi orang Kristen realitas yang seutuhnya bukan hanya yang kelihatan namun juga hal yang tidak kelihatan. Bagi orang atheis hanya yang kelihatan itulah yang riil, seperti uang, kekuasaan, dsb. Tetapi orang Kristen melihat penyangkalan terhadap realitas yang tidak kelihatan merupakan kepicikan dan kebodohan. Siapakah yang dapat melihat kasih? Tetapi kita tidak dapat menyangkal keberadaan kasih, dan melihat perwujudannya yang membuat hidup manusia menjadi lebih indah.
Walaupun Allah tidak kelihatan, tetapi Ia adalah realitas yang riil. Ini bukan hanya keyakinan orang percaya, tetapi sekaligus merupakan pengalaman mereka. Mereka adalah orang yang sedang berjalan bergandeng tangan bersama Tuhan menuju surga mulia dan kekal. Allah yang tidak kelihatan itulah yang memberikan kepada mereka makna, kekuatan, penghiburan dan pengharapan dalam menjalani kehidupan mereka. Bagi orang beriman realitas yang tidak kelihatan itu lebih berharga daripada yang kelihatan, "karena yang tidak kelihatan itu kekal dan yang kelihatan itu sementara" (2Kor. 4:18). Bahkan lebih dari itu, bagi orang Kristen, Allah adalah Realitas yang paling riil dari semuanya. Dunia dengan segala isinya akan berlalu; kekasih, orangtua atau anak, suami atau istri, saudara atau sahabat, dan semua yang kita banggakan akan berlalu dari kehidupan kita, tetapi Tuhan akan tetap selama-lamanya dan Dia tidak akan pernah berlalu. Camkanlah orang yang paling bodoh justru adalah mereka yang menolak Tuhan karena mereka tidak akan dapat merasakan pengalaman indah bersama Tuhan.
Sungguh ironis, manusia cenderung merasa Tuhan dan pertolongan-Nya kurang riil karena Ia tidak kelihatan, sebaliknya menganggap manusia itu lebih riil. Manusia cenderung untuk menyembah sesuatu yang kelihatan dan mengabaikan Allah yang tidak kelihatan, seperti bangsa Israel yang ingin melihat Allah secara riil dalam rupa lembu emas. Dan masih banyak hal lain yang mereka lakukan demi membuat Allah riil. Manusia rohani atau orang beriman akan memandang Allah lebih besar daripada semua yang lain; ia akan lebih takut pada Allah daripada kepada manusia dan hal lain. Dengan demikian ia akan memiliki keteguhan dan tidak akan mudah digoyahkan; ia akan dapat melihat pelangi di balik awan yang kelabu, seperti Elisa yang melihat penyertaan Tuhan di tengah kepungan ribuan tentara Aram.
II. Mengakui Allah sebagai Pribadi yang paling berdaulat dalam kehidupan kita
Ketika kita berkata percaya kepada Allah [Trinitas], kita mempercayai Dia sebagai Pencipta alam semesta yang memiliki kedaulatan tertinggi atas segala sesuatu dan atas kehidupan kita. Dia satu-satunya Pribadi yang paling besar dalam kehidupan kita, tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Dia, karena itu, kita memberikan penghormatan tertinggi hanya kepada-Nya, dan tidak memberikan penghormatan seperti itu kepada yang lain. Zwingli mengatakan bahwa dosa terbesar manusia adalah memberikan tempat yang hanya diperuntukkan bagi Allah kepada sesuatu yang bukan Allah. Kebenaran ini terus bergema di dalam seluruh Kitab Suci, bahwa Allah harus menjadi yang terutama dalam hidup kita, lebih daripada orangtua, anak, kekasih, harta dan bahkan diri kita sendiri. Dan ingatlah, semua itu Tuhan maksudkan demi untuk kebaikan kita.
Abraham lebih mengutamakan Tuhan daripada Ishak, anak yang perjanjian yang telah ia nantikan berpuluh-puluh tahun. Ketaatan iman Abraham ini sangat diperkenan oleh Allah, sehing2ga ia diberkati oleh Allah. Menjawab permasalahan rohani pemimpin muda kaya yang menanyakan apa yang harus ia lakukan untuk dapat masuk ke dalam sorga, Tuhan Yesus menantang dia untuk menyerahkan seluruh hartanya, yang telah menguasai hatinya. Setiap kita memiliki berhala yang berbeda, permasalahannya sudahkah kita mengutamakan Tuhan di atas semua yang lain? Ujian yang lain, yaitu apakah Tuhan sudah menjadi yang terutama atau tidak akan kelihatan waktu kita mengalami kesulitan. Jika kita menggerutu kepada Tuhan saat mengalami kesulitan dan penderitaan, berarti kenyamanan kita lebih penting dari pada Tuhan, dan kita belum menjadikan Dia lebih utama daripada apa pun. Ingat, setiap hajaran yang Dia berikan demi untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya (Ibr. 12:10).
III. Mengakui Allah sebagai satu-satunya sumber berkat dan anugerah yang sejati
Percaya kepada Allah berarti mempercayai Dia sebagai sumber berkat sejati, bahwa "setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna" datang dari Tuhan (Yak. 1:17). Setan bukan sumber kebaikan, ia hanya memanfaatkan ciptaan Allah yang baik bagi tujuannya yang jahat. Allah adalah satu-satunya sumber berkat sejati. Karena itu, memiliki Tuhan berarti ia memiliki berkat terbesar. Orang demikian akan memiliki kelegaan terbesar karena Allah yang mengasihinya pasti akan mencukupi setiap kebutuhannya. Tuhan mengasihi setiap anak-Nya, setiap orang dikasihi-Nya secara khusus, walaupun setiap orang memiliki situasi hidup yang berbeda, tetapi setiap menerima kasih yang tidak kurang. Karena itu, kita tidak perlu iri hati pada orang lain yang memiliki situasi hidup yang berbeda darinya. Biarlah kita merespons setiap anugerah Tuhan bagi kita dengan sikap yang positif dan beriman.
Karena Tuhan satu-satunya sumber berkat sejati, maka kita hanya bersandar kepada-Nya dan tidak bersandar pada yang lain. Manusia tidak pernah dapat menjadi tempat pesandaran kita, karena manusia itu rentan dan lemah, karena itu, kita hanya bersandar kepada Tuhan yang mahakuasa dan yang tidak berubah. Manusia dan apa saja dapat dipakai oleh Tuhan untuk memberkati kita. Ketika Allah mau memberkati kita Ia dapat mengutus malaikat untuk memberkati kita, mengirim orang baik untuk menolong kita, atau mengubah niat buruk orang jahat untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, dan ketika semua itu terjadi, kita tetap mengakui tangan Allah yang memberkati kita, dan tidak memberikan kemuliaan kepada yang lain atau memperhamba diri kepada yang lain. Itulah sebabnya firman Tuhan menegaskan, "terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan" (Yer. 17:5). Orang yang memiliki Allah sebagai Tuhannya adalah orang sangat kaya. Tuhan adalah gembalaku yang baik, itu cukup!
Namun demikian, memiliki semua berkat Tuhan tanpa memiliki Tuhan sang Sumber berkat bagaikan menerima hadiah dari sang kekasih tanpa pernah mengalami persekutuan yang indah dengannya. Jangan merasa puas hanya karena berkat-berkat Tuhan yang telah kita terima, biarlah kita bersukacita hanya jika kita telah memiliki Tuhan sebagai berkat kita yang sejati. Orang yang telah menemukan kesukaan di dalam Tuhan akan mempunyai kerohanian yang stabil, dan tidak mudah diombang-ambingkan lagi oleh perubahan dalam hidupnya. Manusia baru menyadari sukacita memiliki Tuhan ketika segala sesuatu yang menjadi kesukaannya Dia hancurkan terlebih dahulu. Pelajaran ini sering kali terjadi bukan dari inisiatif kita, tetapi inisiatif Tuhan yang memaksa kita untuk mempelajarinya.
IV. Mengakui Allah sebagai pemberi makna dan penentu arah hidup kita
Ketika seorang berkata ia beriman kepada Allah berarti ia mempercayai kebenaran Allah dan menjalankan hidupnya sesuai dengan kebenaran yang ia yakini itu atau sesuai de300n imannya itu. Jadi iman bukan sekadar pengakuan di mulut, tetapi penerimaan akan kebenaran Allah yang dihidupi. Banyak orang mengaku percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan baginya (Rm. 8:28) tapi saat penderitaan dan kesulitan datang mereka berpaling dan melupakan Tuhan dan mulai berkompromi dengan dosa.
Sikap nabi Habakuk patutlah kita teladani. Ia membuktikan imannya justru di tengah penderitaan dan kesulitan yang diungkapkan dalam kitab Habakuk 3. Habakuk bagaikan orangtua yang bersusah hati melihat kebobrokan dan kedegilan hati anaknya yang akan akan membawa mereka kepada kehancuran. Dan semua itu begitu m2enyusahkan hatinya. Tetapi realitas kesusahan yang ia lihat itu tidak menghempaskannya dalam keputusasaan, sebaliknya menantikan kasih setia Tuhan dan pemulihan- Nya setelah penghukuman-Nya, ia dikuatkan untuk menantikan kesulitan dengan sikap berkemenangan, sehingga muncullah ungkapan iman dalam puisi yang begitu indah dalam Habakuk 3., "Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah,… namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan…. Allah Tuhanku itu kekuatanku" (Hab. 3:17-19).
Di tengah dunia berdosa dan kacau ini orang beriman bukan hanya melihat kekacauan yang ada di mana-mana, sebaliknya ia juga melihat Allah yang bertakhta di sorga dan rencana Allah yang pasti berlaku dalam hidup anak-anak-Nya Orang beriman percaya pada providensia Allah, bahwa sejarah berada di dalam tangan Tuhan, dan bahwa Tuhan bekerja untuk mengubahkan air mata kita menjadi mutiara indah, kita dapat melihat di balik setiap kesulitan dalam kehidupan kita ada anugerah Tuhan yang baru setiap hari, kesulitan bukanlah batu sandungan tetapi batu loncatan yang memberi manfaat besar bagi kita.
V. Orang beriman dikuatkan untuk menjadi alat transformasi di tangan Allah
Orang yang beriman adalah orang yang mengarahkan pandangannya pada kekekalan, dan mereka bukanlah orang melarikan diri dunia (eskapis) seperti yang dituduhkan oleh Karl Max. Orang yang beriman kepada Tuhan adalah orang yang mendapatkan kekuatan yang besar dalam hidupnya, sehingga hidup mereka dipakai untuk menjadi berkat terbesar bagi umat manusia. Siapakah yang telah memberikan sumbangsih terbaik dan terbesar bagi umat manusia, kecuali mereka yang hidupnya telah diubah dan diberkati oleh Tuhan, sehingga dapat menjadi berkat bagi umat manusia pada umumnya, dan gereja pada khususnya? Orang beriman ialah orang yang menerima kehendak Allah di dalam hidupnya, dan di dalam ketaatan mereka kepada kehendak Allah, mereka mengalami transformasi yang luar biasa untuk mempersiapkan mereka dipakai oleh Allah untuk merubah dunia ini.
Orang yang mampu untuk merubah dunia menjadi lebih baik adalah orang- orang yang beriman, salah satunya adalah William Wilberforce. Melalui pergumulan rohani yang penuh dengan kepahitan selama 52 tahun akhirnya ia telah berhasil menghapuskan perbudakan di Inggris dengan indah. Apakah kita telah merubah dunia di sekitar kita menjadi lebih baik? Sudahkah diri kita dipakai menjadi alat bagi Dia? Orang yang beriman bukanlah orang yang mudah berputus asa dan mudah menyerah saat melihat realita dunia yang hancur ini tapi mereka justru melihat ada rencana dan kehendak Tuhan yang akan tergenapi di dunia. Anak- anak Tuhan pasti dapat merubah dunia menjadi lebih baik oleh karena itu janganlah kita menjadi takut dan mudah berputus asa sebab Tuhan pasti akan memberikan kekuatan dan kemampuan pada kita. Amin..!!

Penderitaan

KITA semua tahu apa itu penderitaan. Kita bahkan mengalaminya. Orang biasa bilang bahwa penderitaan itu seperti bayangan yang selalu ada sepanjang badan. Kadang-kadang bayangan itu di belakang kita sehingga kita tidak menyadari keberadaannya. Tetapi sering juga bayangan itu membentang di depan. Penderitaan menjadi sangat jelas dan mencekam.
Penyebab penderitaan juga macam-macam. Ia datang kepada kita dalam bentuk sakit, gagal dalam usaha, diperlakukan secara tidak adil, mengalami duka cita karena kematian orang yang kita kasihi, musibah seperti bencana alam. Singkatnya ada banyak penyebab penderitaan. Apa pun penyebabnya, penderitaan selalu ada. Ia seperti bayang-bayang yang selalu menyertai hidup. Hanya orang yang sudah meninggal saja yang tidak mengenal dan mengalami penderitaan. Atau mungkin juga orang mati menderita. Kita belum tahu itu, karena kita belum mengalami sendiri.
Minggu-minggu ini umat kristen sedunia memasuki saat-saat perenungan akan penderitaan Kristus dan maknanya bagi mereka. Penderitaan selalu ada. Manusia tidak bisa berbuat lain kecuali menghadapinya. Itu sebabnya adalah penting untuk kita merenungkan makna penderitaan itu. Mungkin kita tidak suka melakukannya. Tetapi karena penderitaan itu merupakan fakta yang tidak terhindarkan, kita harus menerimanya dan menemukan maknanya. Inilah salah satu maksud penetapan perayaan minggu-minggu sengsara alam kalender gerejawi.
Penderitaan perlu dihadapi dan direnungkan. Ini mengandaikan bahwa ada makna positif yang bisa kita petik dari pengalaman penderitaan. Ya, setidak-tidaknya itulah yang dikatakan oleh Henry Ward Becher. Menurut Becher "menangis itu adalah rahmat". Waktu anak kami lahir di negeri Belanda, seorang dokter datang membawa jarum suntik. Dia mengambil darah dari telapak kaki anak kami. Tentu saja si bayi kesakitan. Ia menangis dengan suara keras. Dokter yang merawat dia berkata: "Gooed..... Goed... doe maar" (Baik-baik. Menangislah). Sambil memandang kepada saya dia berkata: "Bayi yang menangis waktu disakiti adalah tanda bahwa bayi itu sehat. Menangis juga perlu agar paru-parunya berkembang".
"Menangis adalah berkat." kata Henry Becher. Ini juga berlaku bagi orang dewasa. "Karena dengan air mata Allah membasuh mata kita agar melihat negeri yang tidak kelihatan, negeri yang tanpa air mata." Saya rasa pendapat ini ada benarnya. "Yesus ada bersama dua orang murid waktu mereka di dalam perjalanan ke Emaus. "Tetapi ada sesuatu yang menghalang mata mereka sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia" (Yoh. 24:16). Mereka sangat terpaku pada cara hidup yang lama, pendapat dan pengajaran yang lama tentang hidup, Allah dan kebenaran. Penghayatan mereka tentang hidup bersifat statis dan monoton.
Sesuatu yang menutupi mata mereka itu terangkat, waktu Yesus berbicara kepada mereka begitu rupa sehingga hati mereka berkobar-kobar, mereka sangat tersentuh dan terharu dengan apa yang mereka dengar itu (Yoh. 24:32). Sangat biasa jadi perasaan berkobar-kobar itu membuat mata mereka basah karena air mata. Akibatnya mereka memperoleh pemahaman yang baru mengenai hidup, Allah dan kebenaran. Mereka memperoleh perspektif baru dalam memahami kitab suci. Mata mereka dapat melihat sesuatu yang baru pada apa yang selama ini sudah mereka lihat. Saya kira Becher benar saat ia berkata : "Menangis adalah berkat karena dengan air mata Allah membasuh mata kita agar melihat negeri yang tidak kelihatan, negeri yang tanpa air mata". Artinya dengan memahami penderitaan, pengharapan akan satu perubahan ke arah yang lebih baik makin dilihat sebagai sebuah kebutuhan. Pengharapan akan hidup yang lain dari keadaan sekarang (status quo) bertumbuh di dalam pengalaman penderitaan.
Waktu pemerintah sekarang mengumumkan kenaikan harga BBM, reaksi muncul di mana-mana. Banyak orang yang meminta agar harta para koruptor besar disita oleh pemerintah untuk menanggulangi subsidi BBM, proses pengadilan yang adil kepada para koruptor harus menjadi prioritas pemerintah. Penderitaan ternyata mengajar orang untuk memperbaiki keadaan hidup.
Penderitaan ada manfaatnya. Ia mendekatkan kita kepada Allah, kata seorang pemikir yang lain bernama Harlod A Bisley. "Penderitaan adalah kesempatan yang baik untuk berdoa. "Waktu hujan tidak turun dan tanaman di kebun mulai layu dan ada ancaman kegagalan panen, banyak orang berdoa. Kita cepat-cepat datang kepada Tuhan waktu pencobaan datang."
Para awak kapal berseru masing-masing kepada Allahnya waktu badai dan angin sakal menghantam kapal mereka. Itu cerita yang kita baca dalam Kitab Yunus. Murid-murid Yesus juga berseru kepada sang guru waktu mereka diserang badai secara tiba-tiba saat mereka sedang berlayar. Bahkan Yesus sendiri juga mengambil waktu khusus untuk berdoa, waktu Dia berada pada situasi yang kritis menjelang kematiannya.
Akh, bisa saja ada yang tidak setuju. Penderitaan tidak membawa manfaat apa pun bagi manusia. Ia malah membuat umur hidup seseorang menjadi lebih pendek. Lihat saja, gara-gara penderitaan ada banyak orang yang stres, lalu mengalami strok dan kemudian stop. Karena alasan-alasan ini ada ahli yang menolak untuk kita memuliakan penderitaan. Penderitaan harus dilawan sekuat tenaga. Manusia harus berjuang untuk menolak penderitaan yang ia alami.
Fakta-fakta yang kita catat di atas membuat kita menjadi bijak. Penderitaan itu ada plusnya tetapi juga ada minusnya. Ini memang fakta yang tidak mungkin dipungkiri. Teori macam apa pun tidak akan mampu berkat yang kita peroleh dalam penderitaan menghilangkan sisi negatifnya. Ini kalau kita bicara tentang plus-minus dari penderitaan. Daripada terjerat dalam soal plus minus dan kita tidak pernah akan memperoleh kata sepakat penderitaan dapat juga dilihat dari sisi lain. Sisi lain adalah sebagai berikut.
Fakta mengatakan bahwa manusia tidak pernah sendirian dalam menghadapi penderitaan. Dalam derita manusia kembali menjadi satu. Penderitaan membuat perbedaan-perbedaan pendapat, konflik, dan perpecahan mencair dengan sendirinya. Orang-orang yang hidup dalam permusuhan dan konflik bisa dengan mudah melupakan konflik dan perbedaan pendapat yang ada di antara mereka.
Coba kita lihat pengalaman penderitaan yang kita alami sebagai satu bangsa karena bencana alam di Aceh. Belakangan ini Indonesia dikenal sebagai bangsa yang bersekutu dan persaudaraannya tercabik-cabik. Bangsa Indonesia yang satu mengelompok dalam sentimen agama dan suku yang sangat tinggi. Orang Islam menganggap orang Kristen sebagai ancaman. Mereka saling memandang dengan penuh curiga, yang satu menganggap yang lain sebagai kafir atau melakukan syirik.
Pengelompokan manusia Indonesia menurut agama : Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, orang kafir dan orang bertaqwa hilang dengan begitu saja. Mereka yang berbeda-beda ini justru bergandengan tangan menanggulangi dan menghadapi penderitaan. Ini sungguh satu mujizat. Ya, kalau dalam keadaan suka cita kita cenderung terbelah-belah, maka dalam derita dan duka kita kembali menjadi satu.
Pengalaman tidak sendiri dalam penderitaan tidak merupakan satu yang bersifat horizontal belaka. Yang tidak kalah penting untuk kita ketahui, juga di dalam minggu-minggu pra paskah ini, adalah kenyataan berikut. Allah juga ada bersama kita. Ia menjadi satu dengan kita yang menderita. Allah ternyata ikut ambil bagian dalam penderitaan manusia. Ia yang kudus dan agung berkenan menyatukan nasibNya dengan nasib manusia.
Fakta ini kita alami di dalam Kristus. Paulus menulis: "Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-9)
Penderitaan memang menyakitkan dan menimbulkan luka. Tetapi manusia tidak pernah sendiri menghadapinya. Selalu saja ada teman dan sahabat yang ikut berbela rasa dengan kita memikul duka cita itu. Bahkan Tuhan juga menjadi sahabat kita. Yesus kawan yang sejati, bagi kita yang lemah, tiap hal boleh dibawa dalam doa padaNya. Inilah penghiburan sejati bagi manusia. Ini sumber kekuatan kita menghadapi penderitaan dengan percaya bahwa penderitaan itu bersifat sementara saja. Habis gelap akan terbit terang. Penderitaan ternyata membangkitkan pengharapan.

Pengarapan di Tengah-Tengah Pergumulan Hidup

Di jaman akhir saat ini, kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satunya adalah merampok. Hal ini tidak bisa dibendung lagi, karena manusia melakukannya mengatasnamakan kebutuhan. Sebagai orang percaya,pergumulan yang dihadapi tentu tidaklah mudah, karena pergumulan orang percaya, bukan hanya soal kebutuhan hidup saja, melainkan bagaimana orang percaya menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Dalam Yohanes 3:16, dikatakan karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, maka Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal agar setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup kekal. Kalau Allah saja, bisa mengorbankan AnakNya bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus, maka Allah pun sanggup menolong setiap anak-Nya yang dalam kesulitan. Caranya adalah dengan Allah menaruh pengharapan di dalam diri setiap anak-anak-Nya. Mengapa Allah melakukan hal ini? Karena Allah mengasihi umat-Nya, terlebih lagi manusia yang Ia ciptakan.
Allah rela dari kaya menjadi miskin, agar supaya setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus, yang tadinya miskin menjadi kaya dalam "ANUGERAH ALLAH. "
Pengharapan adalah salah satu anugerah Allah. Dalam pergumulan hidup umat percaya ada anugerah pengharapan. Jangan mengeluh, bersungut-sungut ataupun mulai tidak percaya kepada Allah, disaat Allah belum lagi menjawab Doa kita, melainkan tetap berharap, bahwa Allah punya rencana yang terbaik dalam hidup umat percaya di tengah-tengah pergumulan hidup. Rencana Allah tidak dapat terselami, maka itu sebagai umat percaya, tetap berharap dan percaya kepada Allah, bahwa setiap orang yang berharap kepada Allah tidak akan dikecewakan-Nya. Di dalam pengharapan umat percaya terdapat makna yang luas. Makna pengharapan itu adalah:
1.      Allah tidak pernah berubah.
Allah yang menciptakan umat Tuhan, dan yang menolong umat Tuhan adalah Allah yang tidak berubah, baik pertolongan maupun kasih-Nya, yang tidak dapat memisahkan umat Tuhan dengan Tuhan.
2.      Janji Allah tidak pernah berubah.
Allah adalah Allah yang berjanji dan melaksanakan janji-Nya. Contoh:Abraham, akan mendapat anak janji Allah kepada Abraham. Usia tua Araham akan mendapat anak? tidak mungkin. Kalau diterima dengan akal tidak mungkin itu terjadi, tetapi kenyataannya adalah di usia tua pun Allah menggenapi janji-Nya, yaitu Abraham dan Sara mendapat seorang anak,yang bernama Ishak. Jadi, Allah tidak mungkin mengingkari janji-Nya. Bila Ia yang membuka pintu maka tidak ada yang dapat menutupnya. Janji Allah melalui Firman-Nya adalah kekal bagi umat-Nya.
Tetap berharap dan percayalah kepada Tuhan setiap saat, jangan bimbang, ragu, ataupun tidak percaya kepada-Nya.

SANG WAKTU

Tak ada waktu pada-Nya
Karena Ia tak berwaktu
Namun Ia yang tak berwaktu,
telah membatasi diri-Nya oleh waktu
Dalam kesunyian malam itu,
waktu-Nya mulai dihitung
Ketika tangisan-Nya yang pertama menggema
Mendetakkan waktu-Nya yang pertama di bumi.
Oh, Sang penentu waktu yang tak berwaktu
Mengapa Engkau membiarkan diri-Mu di atur oleh waktu?
Mengapa Engkau merelakan diri-Mu dibatasi oleh waktu?
Mengapa Engkau menghadirkan diri-Mu ke dalam waktu?
Malam itu, dalam lenguhan hewan yang tak mengenal waktu
Engkau datang untuk memberi waktu yang baru bagi dunia
Engkau datang untuk menawarkan waktu sebagai anugerah
Engkau datang untuk mengatakan waktunya tidak lama lagi
Sebab dunia yang terbatas oleh waktu akan segera berakhir di dalam waktu
Engkau datang untuk mengatakan, waktuku adalah saat ini
Engkau datang untuk mengatakan kepadaku,
waktu-ku hanya sementara di sini
Engkau datang untuk mengatakan,
Berdamailah dengan Aku Sang Waktu yang sejati
Agar aku dapat bersama-Mu tanpa waktu.
By: Roos Lusy

FATHERS LOVE LETTER

My Child,
Engkau mungkin tak mengenal aku, namun Aku mengenal segala sesatu tentang engkau…….Mz 139:1. Aku mengetahui kalau engkau duduk atau berdiri……. Mz 139:2. Segala jalanmu Kumaklumi……Mz 139: 3 Bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya…… Mat 10:29-31 Karena engkau diciptakan menurut gambar-Ku…..Kej 1:27 Dadalam Aku engkau hidup, engkau bergerak, engkau ada….Kis 17:28 Sebab engkau ini dari keturunanku …..Kis 17:28 Aku telah mengenal engkau sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu….. Yer 1:4-5 Aku memilih engkau ketika Aku merancangkan penciptaan….Ef 1:11-12 engkau bukanlah suatu kekeliruan, sebab semua hari-harimu tertulis dalam kitab-Ku…. Mz 139:15-16 Aku telah menentukan dengan tepat pada waktu kelahiran-mu dan dimana engkau akan berdiam……Kis 17:26 Kejadianmu dasyat dan ajaib…..Mz 139:14 Aku menenun engkau dalam kandungan ibumu….Mz 139:13 Aku telah mengeluarkan engkau pada hari engkau dilahirkan…..Mz 71:6 Aku telah disalah artikan oleh mereka yang tidak mengenal Aku……Yoh 8:41-44 Aku tidak jauh dan tidak marah, namun akulah ekspresi kasih yang sempurna……1 Yoh 4:16 Dan merupakan kerinduanKu untuk melimpahkan kasihKu kepadamu…..1 Yoh 3:1 Aku memberikan yang lebih baik kepadamu daripada yang diberikan oleh bapa jasmanimu…..Mat 7:11 Karena Akulah Bapamu yang sempurna….Mat 5:48 setiap pemberian yang baik yang engkau terima datang dari tangan-Ku…..Yak 1:17 Karena Akulah yang mencukupkan engkau dan memenuhi segala keperluanmu….Mat 6:31-33 Rancangan-Ku mengenai masa depanmu selalu dipenuhi harapan….Yer 29:11 Karena Aku mengasihhi engkau dengan kasih yang kekal…..Yer 31:3 Pikiran-Ku tentang engkau tak terhitung seperti pasir ditepi pantai….Mz 139:17-18 Dan Aku bergirang karena engkau dengan sukacita…..Zef 3:17 aku tak akan pernah berhenti berbuat baik kepadamu…..Yer 32:40 Sebab engkaulah harta kesayangan-Ku….Kel 19:5 Aku akan mengokohkan engkau dengan segenap hati-Ku dan dengan segenap jiwa-Ku….Yer 32:41 Dan Aku akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tak terpahami….Yer 33:3 Asal engkau mencari Aku dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka engkau akan menemukan-Ku….Ul 4:29 Bergembiralah karena Aku maka Aku akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu…..Mz 37:4 Sebab Akulah yang memberikan kepadamu kemauan itu….Flp 2:13 Aku dapat melakukan jauh lebih banyak dari apa yang mungkin dapat engkau bayangkan…..Ef 3:20 Karena Akulah yang paling akan menguatkan hatimu…..II Tes 2:16-17 Aku jugalah Bapa yang menghiburmu dalam penderitaanmu…..II Kor 1:3-4 apabila engkau patah hati, Aku dekat padamu…..Mz 34:19 Seperti seorang gembala memangku anak domba, Aku telah memangkumu dekat dihati-Ku…. Yes 40:11 Kelak Aku akan menghapus segala air matamu…..Wah 21:3-4 Dan Aku akan melenyapkan segala kepedihan yang engkau derita dibumi….Wah 21:3-4 Akulah Bapamu, dan Aku mengasihimu sama seperti Aku mengasihi Putraku Yesus….. Yoh 17:23 Karena di dalam Yesus, kasih-Ku bagimu dinyatakan…..Yoh 17:26 Ia adalah gambar wujudku….Ibr 1:3 Ia datang untuk  menunjukkan bahwa Aku dipihakmu, bukan melawan engkau…..Rm 8:31 Aku tidak memperhitungkan dosa-dosamu…..II Kor 5:18-19 Kematian-Nya adalah perwujudan yang hakiki dari kasih-Ku bagimu…..I Yoh 4:10 Aku menyerahkan segala sesuatu yang Kukasihi supaya Aku dapat memperoleh kasimu…..Rm 8:31-32 Apabila engkau menerima anak-Ku Yesus, engkau menerima Aku….I Yoh 2:23 Dan tidak ada sesuatupun yang akan dapat memisahkanmu lagi dari kasih-Ku…..Rm 8:38-39 Kembalilah dan Aku akan mengadakan pesta terbesar yang pernah diadakan disurga……Luk 15:7 Dari dulu aku ini Bapa, dan selalu akan tetap menjadi Bapa…..Ef 3:14-15 Pertanyaan-Ku…. Maukah engkau menjadi anak-Ku?..... Yoh 1:12-13 Aku menunggumu….Luk 15:11-12.

Love,
Your dad
Almigty God